Lila dan Sapu Terbang yang Suka Ngambek

Penulis: user1 Views: 42 Baca: 4 min
Lila dan Sapu Terbang yang Suka Ngambek
Lila dan Sapu Terbang yang Suka Ngambek

Lila adalah gadis kecil berusia sepuluh tahun yang tinggal di tepi hutan hijau bernama Desa Embun Pagi. Ia dikenal ceria dan sedikit usil, tetapi juga punya rasa ingin tahu yang luar biasa. Setiap pagi, Lila membantu neneknya menyapu halaman rumah. Tapi pagi itu berbeda—sapu tua yang biasa ia pakai tiba-tiba berbicara!

“Hei! Pelan-pelan dong! Aku juga punya perasaan!” protes sapu itu, membuat Lila hampir terjatuh karena kaget.

“K-kamu bisa bicara?! Siapa namamu?” tanya Lila sambil memegang sapu itu erat-erat.

“Namaku Sapu Guntur. Aku sapu terbang dari dunia penyihir. Tapi... aku sedang ngambek.”

Lila mengerutkan kening. “Ngambek? Kenapa pula sapu bisa ngambek?”

Sapu Guntur berdesis, “Karena aku capek disuruh terbang tanpa pamit! Orang-orang dulu nggak pernah bilang ‘tolong’ atau ‘makasih’. Aku butuh dihargai juga, tahu!”

Petualangan Dimulai

Lila terdiam. Ia berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Baiklah, Guntur. Kalau aku bilang ‘tolong’ dan ‘terima kasih’, mau bantu aku terbang ke langit?”

Sapu Guntur bergoyang kecil, seperti malu. “Hmm... boleh deh. Tapi jangan kaget ya.”

Detik berikutnya, sapu itu menyala lembut dan melesat ke udara, membawa Lila tinggi di atas pohon-pohon! Angin menerpa wajahnya, dan gadis kecil itu berteriak girang, “Waaah, aku terbang! Ini luar biasa, Guntur!”

Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama. Di tengah langit, awan mulai berputar aneh. Muncul pusaran besar seperti tornado mini.

“Aduh, itu bukan awan biasa!” seru Guntur panik. “Itu Awan Cemberut—penjaga langit yang paling moody!”

“Serius?! Kok semua makhluk di langit gampang ngambek, sih?”

Awan itu bersuara berat, “Siapa yang berani terbang tanpa izin di wilayahku?”

Lila cepat-cepat menunduk. “Permisi, Tuan Awan! Kami cuma ingin melihat pelangi dari dekat!”

Awan itu diam sebentar, lalu menjawab, “Hmph. Biasanya aku tidak izinkan manusia naik, tapi... kamu sopan. Baiklah, aku izinkan, asal kamu berjanji tidak membuatku menangis.”

Lila mengangguk. “Janji, Tuan Awan!”

Masalah Baru di Langit

Tepat saat mereka melintas di atas pelangi, muncul sekawanan burung kertas raksasa yang berputar di sekitar mereka. “Guntur, hati-hati!” teriak Lila.

Sapu Guntur mencoba bermanuver, tapi tiba-tiba salah satu burung kertas menabrak gagangnya. Mereka hampir jatuh!

“Aduh! Aku nggak kuat kalau kamu terus menjerit!” teriak Guntur. “Aku butuh semangat, bukan panik!”

Lila menarik napas dalam-dalam dan berkata pelan, “Ayo Guntur, kamu sapu terhebat yang pernah ada. Aku percaya kamu bisa.”

Mendengar itu, sapu terbang itu bersinar lebih terang. Dalam sekejap, ia berputar cepat dan membuat pusaran angin yang meniup semua burung kertas menjauh.

“Ha! Aku kan bilang aku hebat,” kata Guntur dengan gaya sombong, tapi Lila hanya tertawa. “Iya, iya, yang penting kita selamat.”

Pelangi Ajaib

Mereka akhirnya tiba di atas pelangi. Warnanya berkilau seperti kristal, dan di tengahnya ada kolam kecil berisi air pelangi yang berkilau lembut.

“Itu Kolam Ceria,” jelas Guntur. “Airnya bisa membuat siapa pun yang sedih jadi tertawa lagi.”

Lila mengambil setetes airnya dan menatap wajahnya di permukaan kolam. “Lucu ya... bahkan aku bisa melihat bayangan diriku sedang tersenyum.”

Namun tiba-tiba, Kolam Ceria mulai bergetar. Dari dalam muncul sosok kecil berbentuk gelembung sabun dengan wajah manis.

“Terima kasih sudah datang, Lila,” katanya lembut. “Sudah lama tidak ada manusia yang menertawakan langit. Dunia di bawah terlalu sibuk dan lupa tertawa.”

Lila tersenyum. “Kalau begitu, aku janji akan selalu tertawa setiap hari!”

Guntur menambahkan dengan nada geli, “Dan aku janji nggak akan ngambek lagi... kecuali kalau kamu lupa bilang tolong!”

Kembali ke Bumi

Menjelang sore, mereka turun kembali ke Desa Embun Pagi. Semua warga terkejut melihat Lila mendarat dengan sapu terbang yang berbicara.

“Nenek! Aku terbang ke langit dan ketemu pelangi ajaib!” seru Lila. Tapi neneknya hanya tersenyum lembut. “Yang penting kamu pulang dengan senyum, Nak. Dunia ini memang penuh keajaiban kalau kamu mau melihatnya.”

Sejak hari itu, Lila dan Sapu Guntur menjadi sahabat sejati. Mereka sering terbang keliling hutan, membantu burung yang tersesat, dan bahkan menertawakan awan yang lupa arah.

Dan setiap kali Guntur mulai ngambek, Lila hanya perlu berkata, “Tolong dong, Guntur.” Maka sapu itu akan berputar manja sebelum membawa mereka berdua menembus langit biru lagi.

Pesan Moral

Setiap hal, bahkan benda kecil, punya perasaan dan makna. Kadang, kita hanya perlu sedikit kesopanan dan rasa syukur agar dunia di sekitar kita menjadi lebih hidup. Seperti Lila dan sapu ajaibnya, tawa bisa membawa kita ke tempat yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Share

Related Posts

© 2025 ViewLink - Making Money With Write Konten
-->