Peri Pelupa dan Ramuan Cinta yang Salah Target

Penulis: user1
Views: 4
Reading time: 4 min
Peri Pelupa dan Ramuan Cinta yang Salah Target
Ilustrasi peri lucu membuat ramuan cinta di hutan sihir

Peri Pelupa dan Ramuan Cinta yang Salah Target

Di hutan ajaib yang penuh bunga dan kupu-kupu, seorang peri pelupa mencoba membuat ramuan cinta untuk temannya. Tapi kesalahan kecil membuat ramuan itu justru mengenai raja kodok dan seluruh pasukan kupu-kupu! Kisah konyol penuh tawa dan sihir yang berantakan pun dimulai.

Peri Pelupa dan Ramuan Cinta yang Salah Target

Di hutan ajaib bernama Lembah Bunga Cahaya, tinggal seorang peri kecil bernama Lila. Ia dikenal bukan karena keahliannya dalam sihir, tapi karena satu hal: pelupa berat! Kadang ia lupa di mana menaruh tongkat sihirnya, kadang lupa sayapnya tertinggal di dahan bunga, dan yang paling sering — lupa apa yang sedang ia lakukan.

Suatu hari, Ratu Peri memberi tugas penting padanya. “Lila, kau harus membuat Ramuan Cinta untuk pesta musim semi. Semua pasangan peri akan menari di bawah cahaya bulan, dan ramuan itu akan membuat suasananya romantis.”

Lila terkejut, lalu menepuk dada. “Tenang saja, Yang Mulia! Aku akan membuat ramuan cinta paling harum dan paling berkilau di dunia!”

Ratu Peri tersenyum lembut. “Ingat ya, Lila. Tiga tetes madu bintang, dua kelopak mawar langit, dan sejumput debu pelangi. Jangan lebih, jangan kurang.”

Lila mengangguk penuh semangat… lalu lupa mencatat resepnya.

Laboratorium Ajaib yang Berantakan

Sore itu, di laboratorium kecilnya yang penuh botol warna-warni, Lila mulai bereksperimen. Ia bersenandung sambil menimbang bahan, tapi kemudian matanya tertuju pada seekor kupu-kupu ungu yang lewat. “Awww, cantiknya!” serunya sambil mengejarnya. Tentu saja, saat kembali, ia lupa berapa banyak madu bintang yang sudah dituangkan.

“Hmmm... tiga tetes? Atau tiga sendok?” gumamnya. Tanpa pikir panjang, ia menuangkan satu botol penuh!

Campuran di kuali berbuih dan berkilau. Lila girang. “Wah, cepat sekali efeknya!” katanya — sebelum kuali itu meledak pelan, menyemburkan gelembung-gelembung berbentuk hati yang beterbangan ke seluruh hutan.

Ramuan Cinta yang Terlalu Kuat

Awalnya semua tampak lucu. Tapi tiba-tiba, sesuatu aneh terjadi. Seekor kelinci dan tupai yang sedang bertengkar soal wortel tiba-tiba saling menatap dan jatuh cinta. Seekor burung gagak mendekati bunga mawar dan berbisik, “Kau lebih indah dari senja.”

Lila panik. “Oh tidak! Jangan-jangan... ramuan cintaku menyebar lewat udara!”

Benar saja. Angin membawa gelembung-gelembung cinta itu jauh hingga mencapai Istana Kolam Hijau — tempat Raja Kodok yang terkenal galak sedang duduk menatap pantulan dirinya di air.

Satu gelembung cinta pecah di dekat hidungnya... dan seketika, sang Raja menatap bayangannya sendiri dengan penuh kagum. “Astaga... siapa pangeran tampan ini?” katanya sambil tersipu.

Kekacauan di Seluruh Negeri

Tidak butuh waktu lama, seluruh hutan jadi kacau. Kupu-kupu jatuh cinta pada bunga plastik, lebah memuja batu, dan bahkan Ratu Peri mulai memandang tongkat sihirnya dengan tatapan romantis.

Lila menepuk dahinya. “Aduh, ini bencana! Aku harus memperbaikinya sebelum semua orang menikah dengan benda mati!”

Ia membuka buku sihirnya (yang berdebu karena jarang disentuh). Di halaman ke-47 tertulis: “Untuk menetralkan ramuan cinta, gunakan ramuan tawa.”

Lila pun segera mencampur bahan baru: air mata badut hutan, daun tertawa, dan debu sandal peri. Tapi — seperti biasa — ia salah baca resepnya. Harusnya “daun tertawa”, bukan “daun teriak”.

Efek Samping yang Tidak Terduga

Begitu ramuan tawa itu disemprotkan ke udara, seluruh hutan meledak dalam... tawa histeris! Semua makhluk tertawa tanpa henti. Burung-burung berguling di udara, kelinci tak bisa berhenti terbahak, bahkan pohon-pohon bergetar menahan tawa.

Ratu Peri muncul dengan rambut berantakan. “Lila! Apa yang terjadi kali ini!?”

Lila menunduk, wajahnya merah. “Eeeh... sedikit kesalahan tak terencana, Yang Mulia. Tapi sisi baiknya, tidak ada yang sedih lagi, kan?”

Ratu menatapnya lama, lalu akhirnya ikut tertawa. “Kau memang peri paling ceroboh... tapi juga paling lucu di kerajaan ini.”

Pesta Musim Semi yang Tak Terlupakan

Malam itu, pesta musim semi tetap diadakan. Tapi suasananya berubah jadi pesta tawa, bukan pesta cinta. Naga-naga kecil menari sambil cekikikan, para peri menyanyi dengan nada sumbang, dan Raja Kodok bahkan membawakan puisi untuk dirinya sendiri.

Lila menjadi bintang malam itu. Semua orang datang untuk mendengar kisah konyolnya tentang ramuan cinta yang gagal. Setiap kali ia bercerita, semua tertawa sampai air mata keluar — termasuk Ratu Peri sendiri.

Setelah pesta selesai, Ratu berkata dengan lembut, “Lila, mungkin kau bukan pembuat ramuan terbaik, tapi kau pembawa kebahagiaan sejati. Kadang cinta bukan soal sihir, tapi soal tawa yang tulus.”

Lila tersenyum malu. “Terima kasih, Yang Mulia. Tapi bolehkah aku mencoba membuat ramuan cinta lagi besok?”

Ratu spontan berteriak, “TIDAK!!!” — lalu seluruh hutan kembali tergelak.

Pelajaran dari Peri Pelupa

Kisah tentang Peri Pelupa dan Ramuan Cinta yang Salah Target kemudian menjadi legenda lucu di seluruh negeri sihir. Anak-anak peri tumbuh dengan nasihat klasik dari Ratu: “Kalau mau mencintai seseorang, jangan pakai ramuan — pakai ketulusan dan sedikit humor.”

Dan sejak hari itu, setiap kali ada peri muda yang terlalu percaya diri membuat ramuan, teman-temannya akan berkata, “Hati-hati, nanti jadi kayak Lila!”

Namun bagi Lila, semua kekacauan itu bukanlah kegagalan, melainkan petualangan lucu yang membuktikan bahwa tawa bisa memperbaiki apa pun — bahkan cinta yang salah sasaran.

– Tamat –

👍 Like (0) Share FB Share TW

Related Posts